Apakah Generasi Tua Lebih Cuek Soal Perubahan Iklim?

Apakah Generasi Tua Lebih Cuek Soal Perubahan Iklim?

Brey&Sees, pernah nggak, kalian merasa kayak “kok cuma gue yang peduli sama bumi ini?” Terutama kalau kalian generasi Gen Z atau milenial, pasti sering tuh nemu artikel atau riset yang bilang, “Anak muda lebih khawatir sama perubahan iklim ketimbang generasi yang lebih tua.” Kalau baca laporan ini dari Cardiff University dan University of Bath, emosi kita soal perubahan iklim beda banget antara generasi muda dan generasi tua.

Tapi, tunggu dulu. Apa bener? Generasi tua emang sebegitu nggak pedulinya sama masa depan bumi? Atau ini cuma kesalahpahaman global yang dikomporin media? Yuk, kita kupas tuntas sambil bercanda, tapi tetep serius. Soalnya kan, siapa tahu artikel ini bikin mereka yang cuek jadi melek, ya kan?

Generasi Lama & Perubahan Iklim: Peduli, Tapi Takut Nambah Tugas Hidup?

Sebelum nyalahin kakek-nenek kita yang (katanya) abai, coba bayangin hidup di era mereka. Zaman ketika kita masih sibuk ngumpulin daun buat main layangan. Di era itu, kayaknya boro-boro denger kata “perubahan iklim.” Dunia mereka diisi sama drama TV hitam-putih, minyak tanah buat lampu, dan musim yang (lumayan) bisa ditebak.

Tapi, generasi lebih tua juga bukan berarti nggak tahu perubahan iklim. Buktinya, menurut studi, nggak ada beda signifikan soal kepercayaan terhadap penyebab dan dampak perubahan iklim. Mereka ngerti kok, kalau planet ini panas bukan gara-gara “sedikit polusi” dari pabrik. Tapi mungkin yang bikin generasi tua agak beda adalah emosinya, Brey&Sees. Generasi kita tuh gampang banget kebawa emosi. Sedih, marah, kecewa. Sementara mereka lebih sering bilang, “Sudahlah, nak, semua ini kehendak alam.”

Baca Juga:  Cara Planet Mengorbit Matahari dalam Sistem Tata Surya

Generasi Z & Milenial dalam Isu Perubahan Iklim: “Bumi Panas? Kami Marah!”

Nah, sekarang giliran kita. Riset dari Cardiff tadi bilang kalau kita – Gen Z dan milenial – punya tingkat “takut dan marah” yang lebih tinggi tentang perubahan iklim. Bayangin aja, kita bisa stres mikirin es kutub yang meleleh, sementara teman-teman boomer kita mungkin cuma mikir, “Ah, itu masih lama…”

Tapi jangan salah. Emosi kita yang meluap-luap ini sebenarnya justru punya sisi positif, Brey&Sees. Studi tadi bilang, perasaan negatif ini justru yang bikin kita mau turun ke jalan, demo, bikin petisi, atau setidaknya mengurangi kantong plastik di Indomaret. Jadi, mungkin ini alasan kenapa kita sering lihat Gen Z dan milenial sibuk jadi aktivis atau sibuk nyindir di Instagram story soal “Bumi makin panas.”

Sementara generasi yang lebih tua lebih santai. Bukan berarti mereka nggak peduli, tapi ya… mungkin level urgent-nya beda. Kalau kita lagi panik bumi meleleh, mereka lebih panik mikirin listrik naik.

Apa Peran Emosi? Marah-marah Kok Bantu?

Kata Profesor Poortinga, emosi negatif yang kita rasain ini ada dua sisi: bisa bikin kita makin menderita, atau justru jadi pemicu kita buat berubah. Bisa jadi makin peduli, bisa jadi makin kesel tiap lihat tetangga buang sampah sembarangan.

Kalau generasi muda suka mikir “We’re doomed, man!” sambil ngelamun liat langit, itu bukan cuma drama. Itu respons alami kita buat ngelindungi diri dari masa depan yang seram. Terus apa bedanya sama generasi lebih tua? Mereka mungkin mikir, “Udah ah, yang penting anak-cucu gue hidupnya nyaman.”

Jadi, kalau kita suka kesel lihat generasi lebih tua yang santai, anggap aja beda pendekatan. Kita bakar-bakar emosi kayak lilin, sementara mereka lebih chill. Tapi jujur aja, Brey&Sees, kayaknya kita butuh kolaborasi, kan?

Baca Juga:  Belajar dari Korea Selatan Dalam Membangun Narasi Kebudayaan Indonesia

Greta Thunberg & Revolusi Anak Muda: Cuma Hype atau Serius?

Lalu ada Greta Thunberg. Siapa yang nggak tahu nama ini? Dia muncul sebagai simbol perubahan dan perlawanan anak muda terhadap perubahan iklim. Saat dia bilang “How dare you!” ke pemimpin dunia, kita merasa, “Ya, bener juga tuh.” Tapi di sisi lain, nggak sedikit yang bilang, “Anak muda terlalu drama, coba lihat dulu zaman kita dulu!”

Pertanyaannya, apakah gerakan generasi muda ini cuma hype sementara? Apakah generasi yang lebih tua melihat ini cuma sebatas tren TikTok? Tentu nggak segampang itu. Ada bukti nyata kok kalau aksi dan protes anak muda punya dampak, mulai dari regulasi plastik hingga kampanye carbon offset di beberapa negara.

Tapi tetap, kritik dari generasi tua sering terdengar: “Nggak usah lebay, hidup udah susah. Perubahan iklim itu masalah besar, tapi jangan bikin beban baru.” Setuju atau nggak, penting buat kita ingat, Greta bukan cuma simbol tren, tapi bukti nyata kalau anak muda bisa bikin dunia bergoyang.

Kesimpulan: Apakah Generasi Tua Sepenuhnya Salah?

Akhirnya, pertanyaan besar: Apakah generasi tua sepenuhnya salah kalau mereka nggak seheboh kita soal perubahan iklim? Mungkin nggak. Generasi mereka hidup di waktu yang berbeda, dengan isu dan tantangan yang juga beda. Mereka terbiasa mikir “bertahan hidup” di era pasca perang, bukan “bertahan hidup” di era global warming.

Tapi di sisi lain, generasi kita nggak salah kalau merasa tanggung jawab ini harus dibagi. Kita butuh lebih banyak aksi nyata dari mereka yang udah punya pengaruh besar di dunia. Percuma kan, kalau kita doang yang berjuang, sementara keputusan besar dipegang mereka.

Baca Juga:  It's Funny, Anggaran Rp 1,1 Triliun PDN Tanpa Backup Data!

Jadi, Brey&Sees, buat kalian yang sering debat sama orang tua tentang ini, coba ubah strategi. Ajak ngobrol mereka dengan nada yang lebih persuasif, bukan menghakimi. Karena kalau kita sama-sama mau perubahan, siapa yang bilang generasi tua nggak bisa peduli?

Panggilan Terakhir Buat Pembaca

Eh, kalian pasti punya cerita seru atau pendapat nyentrik tentang topik ini, kan? Coba deh share artikel ini ke teman atau saudara. Biar makin banyak yang “nyambung” soal gimana kita bisa bareng-bareng, tua-muda, demi bumi yang lebih baik.

Referensi: Do younger people care more about the climate?

Author

Fikiran adalah benih, tulisan adalah bunga yang mekar darinya. Melalui tulisan, kita menenun gagasan menjadi karya yang abadi

Artikel Terkait