Belajar dari Korea Selatan Dalam Membangun Narasi Kebudayaan Indonesia

Belajar dari Korea Selatan Dalam Membangun Narasi Kebudayaan Indonesia
Ilustrasi budaya korea. Foto: Fakultas.co.id

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid, dengan tegas menyatakan bahwa pembangunan narasi kebudayaan di Indonesia sangat bergantung pada keputusan politik. Menurut Hilmar, di tengah banyaknya gagasan tentang kebudayaan yang berkembang saat ini, yang terpenting adalah menentukan fokus yang jelas. “Kita saat ini punya berbagai gagasan tentang kebudayaan, yang saya kira perlu dilakukan sekarang adalah menentukan, dari sekian banyak gagasan yang ada itu fokusnya apa sih, dan ini memang memerlukan keputusan politik,” kata Hilmar saat ditemui di Kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Kamis (20/06/2024).

Konsistensi: Kunci Keberlanjutan Narasi Kebudayaan

Hilmar menegaskan bahwa setelah keputusan politik diambil, keputusan tersebut harus tetap konsisten dan tidak boleh diganggu gugat, meskipun terjadi pergantian pemerintahan. Dengan nada yang tampak sangat optimis, ia berkata, “Sekali keputusan itu diambil, jangan kemudian ketika ada pergantian pemerintahan itu fokusnya bergeser lagi. Kita enggak akan sampai.” Memang, siapa yang bisa membantah kehebatan sebuah keputusan politik yang telah disepakati, bukan?

Belajar dari Korea Selatan: Investasi Panjang untuk Budaya Pop

Sebagai contoh sukses, Hilmar menyebut Korea Selatan yang telah fokus membangun narasi budaya pop selama 25 tahun. Negara tersebut berani berinvestasi besar-besaran untuk mencapainya, sehingga fokus mereka tidak teralihkan. Ini tentunya menjadi inspirasi besar bagi Indonesia. “Lihat Korea Selatan, mereka sudah fokus selama 25 tahun. Kalau kita bisa meniru itu, mungkin kita juga bisa mencapai hal yang sama,” ucapnya dengan penuh keyakinan.

Baca Juga:  Squad, Biar Gaul di Online, Kudu Tahu Etika Digital Dulu!

Ironi dalam Pembangunan Kebudayaan di Indonesia

Namun, mari kita telaah lebih dalam. Apakah sesederhana itu? Mengandalkan keputusan politik di negara yang kerap mengalami pergantian arah setiap lima tahun sekali? Di tengah dinamika politik yang kadang lebih mirip dengan drama sinetron, harapan Hilmar tampaknya seperti menanti purnama di tengah musim hujan.

Tantangan Besar Konsistensi dalam Kebijakan

Ketika berbicara tentang konsistensi kebijakan, Indonesia memiliki tantangan besar. Setiap kali pemerintahan berganti, seringkali kebijakan juga ikut berganti. Bahkan, terkadang kebijakan yang sudah berjalan baik harus kembali dirombak. Dengan kondisi politik yang fluktuatif seperti ini, menjaga konsistensi dalam pembangunan narasi kebudayaan tentu bukan pekerjaan mudah.

Membangun Narasi Kebudayaan

Membangun narasi kebudayaan memang membutuhkan waktu dan investasi yang besar. Namun, lebih dari itu, diperlukan komitmen yang kuat dari semua pihak, tidak hanya dari pemerintah tapi juga masyarakat. Seperti yang ditunjukkan oleh Korea Selatan, pembangunan budaya memerlukan dukungan yang kontinu dan tidak hanya bergantung pada satu generasi kepemimpinan.

Menatap Masa Depan Kebudayaan Indonesia

Meskipun ada banyak tantangan, optimisme tetap harus dijaga. Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, dan dengan fokus serta komitmen yang kuat, pembangunan narasi kebudayaan yang konsisten bukanlah hal yang mustahil. Namun, harapan ini perlu didukung dengan aksi nyata dan keberanian untuk menjaga konsistensi meski menghadapi perubahan politik.

Harapan di Tengah Realita

Pada akhirnya, pernyataan Hilmar Farid mencerminkan harapan besar yang dimiliki banyak pihak terhadap pembangunan kebudayaan di Indonesia. Namun, harapan ini harus diimbangi dengan kesadaran akan realita politik yang ada. Perlu ada upaya bersama untuk menjaga konsistensi dan fokus dalam pembangunan narasi kebudayaan, sehingga Indonesia bisa mencapai kemajuan yang diharapkan.

Baca Juga:  Cara Planet Mengorbit Matahari dalam Sistem Tata Surya

Narasi kebudayaan Indonesia bisa menjadi kekuatan besar jika dikelola dengan baik. Namun, untuk mencapainya, diperlukan lebih dari sekadar keputusan politik; dibutuhkan komitmen, keberanian, dan konsistensi dari semua pihak yang terlibat. Jadi, mari kita berharap bahwa kali ini, keputusan yang diambil benar-benar bisa membawa perubahan positif dan berkelanjutan bagi kebudayaan Indonesia.

Author

Fikiran adalah benih, tulisan adalah bunga yang mekar darinya. Melalui tulisan, kita menenun gagasan menjadi karya yang abadi

Artikel Terkait