Halo, para pencinta misteri dan penggemar cerita horor! Sudah siap untuk menyelami dunia yang lebih menakutkan dari hantu itu sendiri? Yap, kita akan membahas fenomena yang lebih mencekam dari Valak, lebih menyeramkan dari Annabelle, dan lebih menggelikan dari Casper si hantu baik hati. Jadi, siap-siap untuk mengenal lebih dekat sang protagonis kita: si pemburu hantu palsu!
Kalau dulu hantu cuma gentayangan di kuburan atau rumah kosong, sekarang mereka sudah naik kelas. Berkat “jasa” para pemburu hantu gadungan, arwah-arwah ini kini bisa mejeng di Instagram, TikTok, bahkan YouTube! Siapa sangka, ya? Ternyata di era digital ini, hantu pun butuh eksistensi.
Namun, sebelum kalian berteriak “Wah, keren!” sambil nge-like postingan mereka, mari kita bongkar kedok si pemburu hantu palsu ini. Karena percayalah, saudara-saudara, yang mereka buru bukanlah hantu, melainkan popularitas dan cuan!
Mari berkenalan dengan tokoh utama kita, sebut saja dia Si Budi (bukan nama sebenarnya, tapi pasti ada yang namanya Budi di luar sana yang melakukan hal ini). Budi adalah seorang milenial biasa yang tiba-tiba mendapat pencerahan: “Kalau gak bisa jadi influencer fashion atau makanan, ya sudah, jadi influencer hantu saja!”
Dengan modal nekat dan kamera HP jadul, Budi pun memulai karirnya sebagai “pemburu hantu profesional”. Profesional dalam tanda kutip, karena satu-satunya hal yang dia buru dengan profesional adalah jumlah followers.
Nah, bagaimana cara Budi menipu para netizen yang haus konten horor? Simak trik-trik jitu ala Budi si pemburu hantu gadungan:
Kalau ditanya apa motif di balik semua kebohongan ini, jawabannya simpel: duit, bro! Bayangkan, dari seorang nobody, tiba-tiba Budi bisa dapat endorse pomade khusus rambut hantu atau sampo anti ketombe untuk kuntilanak. Ini bukan lagi ghostbusting, tapi ghostmarketing!
Sayangnya, fenomena pemburu hantu palsu ini bukan tanpa dampak. Mari kita lihat efek sampingnya:
Biar kalian nggak gampang dibodohi, nih saya kasih tips jitu mengenali pemburu hantu palsu:
Jadi, saudara-saudara sekalian, di era di mana likes lebih berharga dari logika, dan viral lebih penting dari verifikasi, kita harus ekstra hati-hati. Oleh karena itu, jangan sampai kita jadi hantu – hantu kebodohan yang gentayangan di dunia maya, ter-ghosting oleh akal sehat kita sendiri.
Ingat, yang perlu kita buru bukanlah hantu-hantu imajiner, melainkan kebodohan dan kemalasan berpikir kritis. Karena sejatinya, hantu paling menakutkan adalah kebodohan yang kita biarkan merajalela di timeline kita.
Akhir kata, jadilah netizen cerdas! Kalau mau percaya hantu, silakan. Namun, kalau mau percaya pemburu hantu di sosmed… pikir-pikir lagi deh. Siapa tau yang muncul di layar HP-mu bukan hantu, tapi hanya kebodohan yang dibalut filter Instagram.
Referensi: https://www.businessinsider.com/ghost-stories-that-turned-out-to-be-fake-2018-4