Nama Agamis Kelakuan Satanis-Pernah nggak sih ketemu orang namanya Abdul Ghofur, tapi hobinya bohongin orang? Atau Maria Suci yang justru tukang gosip di grup WA? Nama mereka kayak doa, tapi kelakuannya bikin tepuk jidat.
Ada juga nih, Abdul Rahman yang namanya super islami, tapi lebih sering nongkrong di diskotek daripada di masjid. Atau Angelina yang berarti malaikat, tapi mulutnya lebih tajam dari pisau cukur. Lucu? Iya. Tragis? Banget.
Kenapa sih ini sering kejadian? Kenapa banyak orang yang punya nama keren tapi kelakuannya malah sebaliknya? Yuk, kita bahas satu per satu!
Kita sering dengar kalau nama adalah doa. Makanya, orang tua ngasih nama anaknya dengan harapan bagus. Tapi ya kalau nggak didukung dengan perbuatan, percuma juga.
Jadi, sebenarnya nama itu cuma label. Yang bikin seseorang baik atau nggak itu tindakannya, bukan sekadar namanya.
Orang bisa dikasih nama seindah mungkin, tapi kalau nggak ada usaha buat mencerminkan makna namanya, ya tetap aja nol besar. Banyak juga yang namanya biasa aja, tapi kelakuannya luar biasa baik. Nah, ini bukti kalau kepribadian lebih penting daripada sekadar nama keren.
Kenapa sih banyak orang namanya bagus tapi kelakuannya zonk? Biasanya sih ada tiga alasan utama: lingkungan, pendidikan, dan pola asuh.
Sayangnya, kebiasaan buruk itu lebih gampang ditiru daripada yang baik. Jadi, siapa yang harus disalahin? Sistem? Orang tua? Diri sendiri? Atau mau nyalahin tren TikTok sekalian?
Udah bukan hal aneh denger berita pejabat korup namanya religius banget, atau ustaz yang ketahuan skandal. Ini bukan cuma ironi, tapi fakta menyedihkan yang sering kejadian.
Mereka sadar nggak sih kalau ini kontradiksi? Atau udah kebal sama kemunafikan?
Di masyarakat kita, sering banget orang pakai nama buat membangun citra. Padahal kalau kelakuannya nggak sejalan, citra itu nggak ada gunanya. Toh, orang bakal lebih ingat perbuatan kita ketimbang sekadar nama di KTP.
Fenomena ini makin jelas di media sosial. Ada akun namanya Hijrah Islami, tapi isinya nyinyirin orang. Ada yang pakai nama Kristen Sejati, tapi malah sebar ujaran kebencian.
Sering lihat yang begini?
Media sosial itu dunia absurd. Semua orang bisa ngomong, tapi nggak semua orang paham apa yang mereka omongin. Banyak yang pamer kebaikan, tapi aslinya penuh drama.
Udah ketawa dan geleng-geleng? Sekarang waktunya introspeksi. Jangan sampai kita juga termasuk tim nama islami, kelakuan preman.
Apa yang bisa kita lakukan?
Pada akhirnya, orang bakal nilai kita dari tindakan, bukan nama. Jadi yuk, usaha biar nama kita bukan cuma keren di KTP, tapi juga keren di hati orang lain!
Fenomena ini nyata. Nama bagus nggak otomatis bikin orang jadi baik. Kita sendiri yang harus berusaha biar nggak jadi bagian dari ironi ini.
Dunia ini udah cukup penuh sama orang yang bermuka dua. Jangan sampai kita ikut-ikutan. Kalau nama kita udah bagus, tinggal pastiin kelakuan kita juga ikut bagus!
Jadi, udah cocok belum kelakuan kita sama nama kita? Atau masih jadi karakter antagonis di dunia nyata?