Apakah mungkin mereka menghabiskan Rp 1,1 triliun untuk sebuah Pusat Data Nasional tanpa menyertakan fasilitas backup data? Seriously?
Pusat Data Nasional (PDN) dibangun dengan anggaran fantastis sebesar Rp 1,1 triliun. Angka ini tentunya membuat kita berpikir, “Uang sebanyak itu untuk apa sih?” Dengan jumlah yang menggiurkan, kita berharap PDN memiliki segala macam fasilitas canggih, termasuk backup data. Namun, kenyataannya justru mengejutkan. Spoiler alert: Tidak ada backup data sama sekali! Nah, mari kita telusuri bagaimana hal lucu ini bisa terjadi.
Pusat Data Nasional seharusnya menjadi benteng penyimpanan data penting negara. Dengan anggaran sebesar Rp 1,1 triliun, ekspektasi publik tentu tinggi. Namun, apa yang kita dapatkan? PDN tanpa cadangan data. Serius, ini bukan lelucon April Mop. Padahal, cadangan data adalah komponen fundamental yang harus ada di setiap pusat data.
Mari kita berkhayal sejenak. Bayangkan Anda memiliki rumah mewah dengan segala fasilitas canggih. Tapi, tidak ada pintu atau jendela yang bisa dikunci. Apakah Anda merasa aman? Tentu tidak, bukan? Begitulah analogi sederhana pentingnya backup data. Tanpa backup data, kita seperti membuka pintu lebar-lebar untuk kejahatan yang marak terjadi di dunia cyber. Sehat?
Dengan uang sebesar itu, kita bisa membeli pulau kecil, atau bahkan mendanai beberapa proyek inovatif. Tapi, alih-alih mendapatkan sistem backup data yang layak, kita justru mendapatkan… nothing. Uang sebanyak itu menguap begitu saja, dan kita hanya bisa bertanya-tanya, “Apa yang sebenarnya terjadi?”
Menurut laporan terbaru dari Tempo, Pusat Data Nasional tidak dilengkapi dengan fasilitas backup bagi ratusan penggunanya. Anggaran Rp 1,1 triliun jelas tidak mencakup cadangan data. Mari kita lihat beberapa angka:
Pusat Data Nasional sempat mengalami kebocoran data akibat serangan ransomware. Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, menyatakan bahwa tidak ada indikasi bukti kebocoran data. Serangan ini menimbulkan pertanyaan besar tentang keamanan data kita. Bagaimana bisa, dengan anggaran sebesar itu, PDN masih rentan terhadap serangan?
Kita bisa belajar dari negara lain yang sudah lebih maju dalam hal pengelolaan data. Berikut adalah beberapa contoh negara yang sukses:
Ironisnya, meskipun anggaran yang diberikan sangat besar, implementasi teknologi dasar seperti backup data justru diabaikan. Ini adalah salah satu contoh nyata dari mismanagement anggaran. Bahkan, banyak perusahaan kecil yang memiliki sistem backup data lebih baik daripada PDN.
Menurut seorang pakar teknologi informasi, “Menghabiskan Rp 1,1 triliun tanpa backup data adalah sebuah kelalaian besar. Backup data adalah investasi kecil yang memberikan perlindungan besar.” Bagaimana bisa sebuah proyek sebesar ini tidak mempertimbangkan aspek fundamental seperti backup data?
Untuk menghindari kegagalan seperti ini di masa depan, berikut adalah beberapa rekomendasi:
Kita telah belajar bahwa uang tidak selalu menjamin kualitas. Pusat Data Nasional dengan anggaran sebesar Rp 1,1 triliun seharusnya menjadi contoh terbaik dari pengelolaan data. Namun, tanpa fasilitas backup data, proyek ini justru menjadi cermin kegagalan manajemen anggaran. Ke depan, kita harus lebih bijak dalam menggunakan anggaran untuk memastikan setiap rupiah yang dikeluarkan memberikan manfaat maksimal.
1. Apakah benar Pusat Data Nasional tidak memiliki fasilitas backup data?
Ya, meskipun anggarannya mencapai Rp 1,1 triliun, PDN tidak memiliki fasilitas backup data.
2. Mengapa backup data itu penting?
Backup data penting untuk melindungi informasi penting dari ancaman kehilangan atau kerusakan.
3. Apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi ini?
Audit anggaran, investasi pada teknologi backup, peningkatan keamanan, dan belajar dari negara lain adalah beberapa langkah yang bisa diambil.
4. Apakah negara lain juga mengalami masalah serupa?
Tidak semua. Banyak negara yang sukses dalam mengelola data dengan anggaran yang lebih efisien.
Kita semua berharap bahwa kasus anggaran Rp 1,1 triliun tanpa backup data ini menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah dan masyarakat. Semoga ke depan, setiap proyek besar akan dijalankan dengan lebih transparan dan efisien, sehingga setiap anggaran yang dikeluarkan benar-benar memberikan manfaat bagi bangsa dan negara.